Minggu, 29 Januari 2017

keterampilan dalam supervisi


KETERAMPILAN
DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN


Disusun untuk memenuhi tugas inividu pada mata kuliah
SUPERVISI PENDIDIKAN

Dosen Pembimbing :
Dr. H. Syamsul Bahri Tanrere, Lc, M.Ed

                                                          Di susun oleh :
Didin Amiludin,      
NIM : 152520099

PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA  2016-2017







Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhaanahu wa ta’ala yang selalu mencurahkan taufik, rahmat, serta hidayahnya sehingga saya bisa menyusun makalah pada mata kuliah SUPERVISI PENDIDIKAN dengan judul “KETERAMPILAN DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN”  hingga makalah ini bisa terselesaikan.
Tidak lupa kami juga mengucapkan ribuan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya baik berupa materi maupun pikirannya, terutama kepada Bpk. Dr. H. Syamsul Bahri Tanrere, Lc, M.Ed selaku dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini.
Besar harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca maupun untuk penyusn sendiri. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengelaman saya , saya yakin masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan sekali kritik dan saran yang sifatnya membangun.



Jakarta ,  Januari 2017
Penyusun








DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………. i
Daftar isi ………………………………………………………………………... ii
BAB I ……………………………………………………………………………. 1
Pendahuluan ……………………………………………………………………... 1
A.    Latar Belakang Masalah …………………………………………………. 1
B.     Rumusan masalah ………………………………………………………... 2

BAB II ………...………………………………………………………………… 3
Pembahasan ……………………………………………………………………… 3
A.    Pengertian Keterampilan Supervisi Pendidikan …………………………. 3
B.     Keterampilan Super Visi Pendidikan ……………………………………. 5
C.     Keterampilan Teknik …………………………………………………….. 5
D.    Keterampilan Konsep ……………………………………………………. 9
E.     Keterampilan Manusiawi ………………………………………………. 10
BAB III ……………………………………………………………………….... 13
Penutup …………………………………………………………………………. 13
A.    Kesimpulan …………………………………………………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 14











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Supervisi pendidikan yang  lebih populer dalam literatur hukum Indonesia dengan istilah pengawas sekolah merupakan aktifitas pembinaan yang sistematis berupa bimbingan ke arah perbaikan situasi pendidikan dan peningkatan kualitas pendidikan. Fungsi dan peran supervisi sangat penting dalam memperbaiki sekaligus memperbaiki situasi pembelajaran yang aktif, menyenangkan, kreatif dan efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Proses supervisi merupakan sala satu aspek yang dominan dalam menilai efektifitas manajemen berbasis sekolah. Eksistensinya diperlukan tidak hanya untuk membimbing guru dalam rangka memperbaiki kinerja dalam pengelolaan pembelajaran, tetapi juga sebagai perekat antarwarga sekolah sehingga dapat saling bekerja sama secara sinerjik dalam mewujudkan tercapainya tujuan sekolah.
Tujuan pendidikan yang diharapkan tertera dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 3, yaitu berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.[[1]] Tujuan inilah yang semestinya selalu menjadi fokus bagi setiap penyenggara pendidikan di Indonesia.
Dalam mewujudkan tujuan tersebut supervisi menjadi sangat penting yang diterapkan dalam pendidikan dapat dipandang sebagai suatu seni kerja sama dengan sekelompok orang agar memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Berhubungan dengan orang lain membutuhkan kemampuan menerapkan prinsip-prinsip hubungan antar manusia (human relation). Dalam berhubungan dengan manusia tidak ada ukuran yang pasti meyakinkan karena setiap manusia memiliki pribadi yang unik. Sifat yang unik ini mempengaruhi kegiatan supervisor, karena menurut Adler sebagai dikutif Saiful Sagala tiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang membawa corak khas gaya hidupnya yang bersifat individual.[[2]]
Namun demikian, proses supervisi pendidikan tersebut terkadang tidak dapat berjalan secara optimal dalam tataran praktis. Kurang memadainya pengetahuan para sipervisior, keterampilan dan pengalaman yang rendah, serta minimnya pengetahuan guru tentang supervisi merupakan sebagian dari sejumlah persoalan yang menjadi penghambat proses supervisi di sekolah.
B.     Rumusan Masalah
Berdasar kepada latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah pokok bagaimana keterampilan supervisior pendidikan. Dari masalah pokok tersebut kemudian diuraikan ke dalam submasalah berikut:
1.      Apa pengertian keterampilan  supervisi pendidikan
2.       Bagaimana keterampilan  supervisi pendidikan
3.      Bagaimana Tipe-Tipe keterampilan Supervisi pendidikan


BAB II   
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Keterampilan  Supervisi Pendidikan
Keterampilan dipahami sebagai sebuah kecakapan khusus yang dimiliki seseorang. Kecakapan pada umumnya mungkin dapat dimiliki oleh sebagian besar manusia, tetapi pada orang-orang tertentu  terdapat  kecakapan-kecakapan yang menonjol. Kecakapan yang menonjol itulah yang penulis maksudkan dengan keteerampilan khusus. Kecakapan yang menonjol pada setiap orang berbeda-beda. Pada seseorang terdapat kemampuan untuk membuat orang lain tertawa, tetapi pada orang lain tidak terdapat kemampuan yang sama, tetapi terdapat juga kemampuan lain yang berbeda dengan orang pertama.
Pengertian dari keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah, ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakana sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.[3]
Pengertian selanjutnya yang perlu disepakati bahwa keterampilan manusia pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengadakan kontak hubungan kerjasama secara optimal kepada orang-orang yag diajak bekerja dengan memperhatikan harkatnya sebagaimanusia.[4]   
 Makna “keterampilan” yang digunakan sehubungan dengan kegiatan supervisi. Maka keterampilan supervisi mempunyai makna yaitu kemampuan atau kecakapan yang dimiliki seseorang untuk melakukan hubungan kerjasama kepada orang yang diajak bekerja sama agar hasil dari pekerjaannya tersebut menjadi nilai yang sangat optimal”. Kalau keterampilan disandingkan dengan kata supervisi sehingga menjadi keterampilan supervisi berarti kemampuan, kecakapan atau ide dan kreatifitas yang digunakan oleh  supervisor dalam aktifitas supervisi.
Pengertian supervisi berdasarkan bentukan kata menunjukkan kepada sebuah aktifitas akademik yaitu suatu kegiatan pengawasan yang dijalankan oleh seseorang yang memiliki kemampuan pengetahuan lebih tinggi dan lebih dalam dengan tingkat kepekaan yang tajam
Pengertian supervisi berdasarkan bentukan kata menunjukkan kepada sebuah aktifitas akademik yaitu suatu kegiatan pengawasan yang dijalankan oleh seseorang yang memiliki kemampuan pengetahuan lebih tinggi dan lebih dalam dengan tingkat kepekaan yang tajam dalam memahami obyek pekerjaannya dengan hati yang jernih.[[5]] Kalau dilihat dari asal katanya, istilah supervisi berasal dari kata “super” dan “vision”. Super yang berarti atas dan vision yang berarti melihat, jadi supervisi berarti melihat dari atas.[[6]] Karena aktifitas supervisi adalah melihat dari atas tentunya dilakukan oleh orang yang lebih senior, lebih berpengalaman dalam bidang pekerjaan tersebut, sedangkan pelakunya dinamakan supervisor.
Tujuan supervisi dijelaskan Fufuh Fathurrahman dan AA Suryana dengan mengutif pendapat Sergiovanni (1987) bahwa ada tiga yakni, Mengawasi kualitas, Memonitoring pembelajaran dan  mengembangkan profesionalisme.[[7]] Sasarannya adalah sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan dan guru sebgai pelaksana pendidikan. Tentunya dimaksudkan untuk pencapaian  tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual  keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[[8]] Pengertian pendidikan tersebut lebih bersifat konseptual sehingga agar bisa dipahami lebih dalam perlu pemaknaan yang lebih bersifat operasional dan praktis.
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa keterampilan teknik supervis pendidikan dapat dipahami sebagai kecakapan khusus tentang cara-cara, strategi atau pendekatan yang digunakan oleh supervisor (pengawas) dalam menjalankan supervisi untuk mewujudkan  profesional guru dalam menjalankan pembelajaran dan profesional kepala sekolah dalam mengelola pendidikan.

B.     Keterampilan Supervisor Pendidikan
Sebagai supervisor yang berkewajiban membina dan membimbing para pengajar agar mampu mengajar dengan sebaik mungkin, sedangkan dalam kesempatan yang sama mereka juga berkewajiban mengontrol cara kerja para pengajar.
Supaya dapat membimbing dan mengontrol secara betul, maka para supervisor harus mempunyai keterampilan yang baik dan juga perlu memahami akan teknik-teknik yang akan dipakai dalam memproses peningkatan mutu yang bertumpu pada guru, sedangkan mutu guru dipengaruhi pembinaan yang kontinyu dari pengawas sekolah melalui kegiatan supervisi.
C.    Keterampilan Teknik
Pelaksanaan supervisi dilakukan dengan berbagai cara dan teknik. Teknik supervisor pendidikan yang dikemukakan oleh ahli terbagi dua yakni, teknik yang bersifat individual dan teknik yang bersifat kelompok.[[9]] Dadang Suhardan juga mengemukakan  bahwa teknik-teknik yang digunakan dapat dianalisis ke dalam kegiatan yang berupa pertemuan kelompok dan individual.[[10]] Jerry H. Makawimbang juga mengemukakan berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perseorangan ataupun secara langsung bertatap muka dan tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi.[[11]] Suharsimi Arikunto mengutif pendapat Syaiful Sagala mengemukakan bahwa secara garis besar, cara atau teknik supervise dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok.[[12]] Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa teknik yang digunakan suvervisor terbagi menjadi dua, yakni teknik individual dan teknik kelompok.
Teknik yang bersifat individual adalah teknik yang dilaksanakan untuk seorang guru secara individual. Sedangkan teknik yang bersipat kelompok adalah teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang.[[13]].
Teknik individual yang dikemukakan Maryono meliputi; kunjungan kelas, observasi kelas, inteviu pribadi (Individual Conference), mengungjungi antar kelas (Intervisitation) dan menilai diri sendiri sendiri (Self Evaluation Check List). Teknik kelompok meliputi; temu orientasi guru baru (Oruentation Meeting for New Teacher), Panitia Penyelenggara, Rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi sebagai proses kelompok, tukar menukar pengalaman (Shering of Experience), lokakarya(Workshop), Diskusi panel, Seminar, Simposium, Demontrasi mengajar (Demontration Teaching), perpustakaan jabatan, bulletin supervise, membaca langsung (Directed Reading), mengikuti kursus, organisasi jabatan, laboratorium kurikulum, studi untuk staf (Fild Trip).[[14]] Tanpa  mengurangi pendapat ahli lain, penulis lebih fokus pada pendapat di atas untuk pembahasan selanjutnya.
1.      Supervisi Yang Bersifat Individual
a.       Teknik ini dilakukan dengan cara supervisor melihat langsung guru mengajar di kelas. Pengamatan langsung kepada guru dimaksudkan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya bagaimana guru mengajar di kelas, apa kesulitan yang dialami dan potensi apa yang perlu dikembangkan. Teknik ini dilaksanakn dengan tiga cara:
1)      Inannounced visitation, yaitu supervisor datang ke kelas secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan lebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui keadaan yang sebenarnya tanpa dibuat-buat, tetapi menyebabkan guru biasanya menjadi gugup.
2)       Annaunced visitation, yaitu supervisor memberikan jadwal kunjungan kepada guru sehingga guru tahu pada jam berapa ia dikunjungi. Dengan cara ini baik supervisor maupun guru dapat mempersiapkan segala sesuatunya tetapi ada kemungkinan guru hanya menampilkan yang terbaik pada saat itu saja.
3)      Visit upon invitation, yaitu guru yang mengundang supervisor untuk diamati,  inisiatif guru  ini  lahir  karena memiliki semangat untuk maju dan mengembangkan diri.
b.      Melakukan Observasi Kelas
Melaui observasi kelas supervisor dapat mengopservasi situasi belajar mengajar yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas, yaitu pertama direct observation (observasi langsung) supervisor mencatat apa yang terjadi pada saat guru mengajar melalui alat observasi.  Kedua indirect observation (observasi tidak langsung), supervisor dibatasi oleh kaca sehingga siswa tidak mengetahuinya.
1)      Individual conference, supervisor menginterviu secara pribadi kepada guru untuk membahas bagaimana cara mengajar yang baik. Adam dan Dickey sebagaimana dikutif Maryono mengatakan dengan individual conference supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam mengerjakan problema-problema pribadi yang berhubungan dengan jabatan mengajar (personal and profesional problem).[[15]] Bagi sebagian guru merasa malu bila kekurangannya diketahui orang lain, cara ini cocok diterapkan.
2)      Intervisitation,ialah saling mengunjungi antara guru yang satu dengan yang lain yang sedang mengajar. Supervisor menyarankan guru yang mengalami kesulitan tertentu dalam mengajar untuk melihat guru yang lain yang memiliki kelebihan. Dengan cara ini memungkinkan terjadi saling tukar pengalaman dan jauh dari kesan atasan bawahan.
3)      Self  Evaluation Check List, yaitu guru menilai dirinya sendiri dalam menyajikan materi pelajaran. Penilaian terhadap diri-sendiri merupakan sala satu teknik untuk mengembangkan profesional guru. Menilai diri bukan pekerjaan mudah karena banyak orang yang tidak mau tahu kelemahan dirinya.
2.      Supervisi Yang Bersifat Kelompok
Supervisi kelompok adalah supervisi  secara bersamaan terhadap lebih dari satu guru. Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:
a.       Orientation Meeting for New Teacher, yaitu temu orientasi guru baru  yang bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk memasuki suasana kerja yang baru. Pertemuan bukan hanya diikuti guru baru tetapi juga guru senior dan staf.[16]
b.      Panitia Penyelenggara
c.       Rapat guru,
d.      Studi Kelompok Antarguru
e.       Diskusi Sebagai Proses Kelompok
f.       Shering of Experience, cara ini dilakukan dengan asumsi bahwa guru adalah orang-orang yang sudah banyak pengalaman, hanya saja pengalaman yang berbeda-beda. Dalam teknik ini diadakan tukar-menukar pengalaman, saling member dan saling menerima, saling belajar satu dengan yang lainnya.
g.      Workshop (lokakarya).
h.       Forum Discussion (diskusi Panel).
i.        Seminar.
j.        Simposium.
k.      Demonstration Teaching (demontasi mengajar).
l.        Perpustakaan.
m.    Buletin Supervisi, Maryono mengutif pendapat Suhertian bahwa bulletin merupakan salah satu alat komunikasi dalam bentuk tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisor yang dipergunakan sebagai alat untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi mengajar.[[17]]
D.    Keterampilan Konsep.
Menurut Komarudin, Untuk memiliki keterampilan konsep yang bisa diharapkan menurut komarudin meliputi: (1) selalu belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para bawahan, (2) melakukan observasi secara terencana tentang kegiatan-kegiatan manajemen, (3) banyak membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan, (4) memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang.
Seorang menejer atau supervisor selain harus memiliki keterampilan teknis juga harus  memeliki keterampilan Konsep yang meliputi: penentuan strategi, kebijakan, perencanaan, dan keputusan. Sebab merekalah yang berhadapan langsung dengan teknik-teknik mendidik/mengajar dan ketatausahaan yang dikerjakan oleh para pengajar dan pegawai.[18] Mereka perlu mengontrol dan memberi supervise kepada para petugas agar melaksanakan teknik-teknik secara tepat.
1.      Strategi
a.       Strategi umum, ialah salah satu dari upaya untuk mempertahankan stabilitas yang digunakan akibat takut menerima resiko apabila mengadakan perubahan, karena mereka sudah sangat puas dengan keadaannya saat ini.
b.      Strategi khusus, yaitu dengan maksud agar para pelaksana pendidikan memanfaatkan kompetensinya secara maksimal sesuai dengan fasilitas-fasilitas yang dapat disediakan oleh lembaga-lembaga.
2.      Kebijakan, strategi berkaitan dengan kebijakan, sebab adakalnya kebijakan tertentu memungkinkan mengambil strategi tertentu. Atau suatu strategi dapat didukung pelaksanaannya oleh kebijakan tertentu. Kebijakan adalah bimbingan yang tidak eksak  untuk mengambil keputusan dan menggunakan pertimbangan-pertimbangan dalam mengatasi rintangan.[[19]]
3.      Perencanaan, baik strategi maupun kebijakan yang telah dibuat tidak bisa terlepas dari perencanaan. Sebab strategi mana yang diambil dan kebijakan apa yang dilaksanakan selalu merupakan hasil dari perencanaan. Hal itu direncanakan secara matang sebelum di putuskan.
4.      Keputusan, penentuan strategi,pembentukan kebijakan, dan perumusan rencana selalu diakhiri dengan pengambilan keputusan. [[20]]


E.     Keterampilan manusiawi
Keterampilan manusiawi merupakan keterampilan dalam memahami orang lain, bekerjasama dengan orang lain, mendorong serta memotivasi orang lain, baik secara individual maupun kelompok.
Keterampilan manusiawi, yaitu sebuah keterampilan yang berhubungan dengan orang lain atau keterampilan dalam berkomunikasi yang persuasif terhadap bawahan sehingga akan merasa dihargai dan selanjutnya akan bersikap lebih terbuka dengan komunikasi yang persuasif dan bersahabat.[[21]] Di Indonesia dalam masa pembangunan ini, para petugas pendidikan diharapkan dapat menjadi pejuang-pejuang pembangunan pendidikan yang gigih.
Yang menjadi problem bagi para supervisor pendidikan adalah bagaimana menangani para petugas pendidikan agar kegigihan mereka dalam perjuangan pendidikan meningkat, dan yang belum menjadi pejuang bisa mengikuti jejak teman-temannya sebagai pejuang pembangunan pendidikan
Oleh karena itu keterampilan manusiawi sangat penting sekali, karena pada hakikatnya keterampilan manusiawi  merupakan kemampuan untuk mengadakan kontak hubungan kerjasama secara optimal kepada orang-orang yang diajak bekerja dengan memperhatikan kodrat sebagai manusia dengan bertujuan untuk mengadakan kerjasama dengan para bawahan  agar dapat memanfaatkan potensinya secara optimal.[[22]]
Seorang petugas pendidikan akan bisa menjadi pejuang pembangunan atau akan meningkatkan intensitas perjuangannya sebagian besar bergantung kepada kemampuan manjer untuk menggerakan motivasinya. Sebab sabagaimana dikemukakan oleh J. Reddin, bahwa manusia itu mempunyai kemauan sendiri-sendiri, mereka bisa berbuat baik atau jahat, perilakunya dipengaruhi oleh satuasi, motivasinya dapat berubah atas dasar rasional masing-masing, mereka melakukan interaksi dan bergantug dengan yang lain, dan bersikap tidak selalu optimis atau pesimis tetapi obyektif sesuai dengan keadaan.[[23]]
Oleh sebab itu, sebenarnya manusia itu bisa diatur atau bisa diajak berunding untuk mengatur diri bersama. Kuncinya adalah bagaimana para manajer atau supervisor menangani dan memotivasi mereka agar dedikasi dan perjuangan mereka semakin meningkat dalam pendidikan.


 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka sebagai kesimpulan dari makalah ini, bahwa keterampilan supervisi mempunyai makna yaitu kemampuan atau kecakapan yang dimiliki seseorang yang ahli dan lebih berpengalaman untuk melakukan hubungan kerjasama kepada orang yang diajak bekerja sama agar hasil dari pekerjaannya tersebut menjadi nilai yang sangat optimal, dengan bertujuan untuk meningkatkan kualitaas dan mengembambangkan sikap profesionalisme.
Supaya dapat membimbing dan mengontrol secara baik, maka  supervisor harus mempunyai keterampilan yang baik pula, karena hal tersebut akan dipakai untuk  memproses peningkatan mutu yang bertumpu pada guru.
Keterampilan-ketrampilan yang harus dikuasai oleh supervisor diantaranya adalah 1) Keterempilan teknik yang meliputi teknik yang bersifat individual maupun teknik yang bersifat kelompok. 2) Keterampilan konsep yang berupa observasi secara terencana tentang kegiatan-kegiatan manajemen, dan juga  membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan. 3) Keterampilan Manusiawi merupakan keterampilan dalam memahami orang lain, bekerjasama dengan orang lain, mendorong serta memotivasi orang lain, baik secara individual maupun kelompok.  







DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi,  Dasar-dasar Supervisi , Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. I.
Danim, Sudarmin dan Khairil. Prifesi Kependidikan, Bandung: ALFABETA, 2011. Cet. II.
Fathurrahman, Pupuh dan AA Suryana, Supervisi Pendidikan Dalam Pengembangan Proses Pengajaran, Bandung: Refika Aditama, 2011, Cet. I.
Getteng, Abd. Rahman. Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika, Yogyakarta: grha guru printika, 2012, Cet. VII.
Made, Pidarta. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
-------. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Surabaya: Sarana Press, 2004.
Makawimbang, Jerry H.  Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, Cet. I.
Maryono, Dasar-dasar dan TeknikMenjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011, Cet. I.
Prihatin, Eka.  Teory Adminitrasi Penddikan , Bandung: Alfabeta, 2011.
Purwanto, Ngalim.  Adminitrasi dan Supervisi Pendidikan,  Jakarta: Rosda, 2010, Cet. X
Redin, J. William. Managerial Effectifeness, Tokyo: Kogakusha, 1970.
Republik Indonesia,  Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang  Guru dan Dosen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,  2012, Cet. III
Republik Indonesia,  Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional , Jakarta: Sinar Grafika, 2003, Cet II.
Sagala, Syaiful, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010, Cet. I
Stephen, Robbins. The Administrative Process, New Delhi : Prentice, 1982.
Suhardan, Dadang,  Supervisi Profesional Layanan Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2010, Cet. II.
Suhertian, Konsep dasar dan & Teknik Sipervisi Pendidikan , Jakarta: Bineka Cipta, 2000.
Usman, Husaini. Manajemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Cet. II.
Keterampilan Guru, “Pengertian Keterampilan,” dalam http:// www.guruketerampilan.blogspot.com / pengertian-keterampilan.html.
Ilmu Menejemen, “ Tingkatan Manajemen dan Ilmu Manajemen,” dalam http:// www. sywids.net/keterampilan-manajemen.html.




[1] Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, Cet. IV, hal. 7.
[2] Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
2010, cet. I,  hal. 87.
[3] Keterampilan Guru, “Pengertian Keterampilan,” dalam http:// www.guruketerampilan.blogspot.com / pengertian-keterampilan.html.
Diakses pada 6 Januari 2017.
[4] Pidata Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
[5] Dadang Suhardan, Supervisi Profesional Layanan Dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2010, cet. III, hal. 35.
[6] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, cet. I, hal.2.
[7] Pupuh Fathurrahman dan AA Suryana, Supervisi Pendidikan Dalam Pengembangan Proses Pengajaran, Bandung: Refika Aditama, 2011, cet. I, hal. 51.
[8] Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS(Sitem Pendidikan Nasional), Jakarta: Sinar Grafika, 2011, cet. IV, hal. 3.
[9] Maryono, Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hal. 29.
[10] Dadang Suhardan, Supervisi Profesional Layanan Dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2010, cet. III, hal. 182.
[11] Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, cet. I, hal. 113.
[12] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, cet. I, hal. 54.
[13] Engkoswarah dan Aan Komariah,  Administrasi Pendidikan, Bandung: 2011. Cet. II, hal. 29.
[14] Maryono, Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hal. 30-59.
[15] Maryono, Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hal. 34.
[16] Maryono, Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hal.39-40
[17] Maryono, Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hal. 55.
[18] Pidarta Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal. 206.
[19] Robbins Stephen, The Administrative Process, New Delhi : Prentice, 1982, hal. 73
[20] Pidarta Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal. 207-216.
[21] Ilmu Menejemen, “ Tingkatan Manajemen dan Ilmu Manajemen,” dalam http:// www. sywids.net/keterampilan-manajemen.html.
Diakses pada 7 Januari 2017.
[22] Pidarta Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Surabaya: Sarana Press, 2004, hal. 218.
[23] William, J., Redin, Managerial Effectifeness, Tokyo: Kogakusha, 1970, hal. 190.