Selasa, 24 Januari 2017

PENDIDIKAN DAN PRANATA SOSIAL


MAKALAH
PENDIDIKAN DAN PRANATA SOSIAL


Disusun untuk memenuhi tugas inividu pada mata kuliah
SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pembimbing :
Dr. Abdul Muid N., MA

                                                          Di susun oleh :
1.     Didin Amiludin
NIM : 152520099
2. Dewi Avianti
NIM : 152520098


PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA 
2016-2017






Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhaanahu wa ta’ala yang selalu mencurahkan taufik, rahmat, serta hidayahnya sehingga saya bisa menyusun makalah pada mata kuliah SOSIOLGI PENDIDIKAN dengan judul “PENDIDIKAN DAN PRANATA SOSIAL”  hingga makalah ini bisa terselesaikan.
Tidak lupa kami juga mengucapkan ribuan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya baik berupa materi maupun pikirannya, terutama kepada Bpk. Dr. Abdul Muid, MA. selaku dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini.
Besar harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca maupun untuk penyusn sendiri. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengelaman saya , saya yakin masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan sekali kritik dan saran yang sifatnya membangun.



Tangerang ,  Januari 2017
Penyusun









i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii
BAB I
A.    Pendahuluan ……………………………………………………………... 1
B.     Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 2
BAB II
Pembahasan ……………………………………………………………………… 3
A.    Visi dan Misi Pembangunan Nasional …………………………………... 3
B.     Pendidikan dan Pranata Sosial …………………………………………... 5
C.     Pendidikan dan Fungsi Keluarga, Masyarakat, dan Pemerintahan ……… 7
BAB III
Penutup …………………………………………………………………………. 13
Kesimpulan ……………………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 14




 

ii









BAB I

A.    PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat istilah sosial sering dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat, seperti kehidupan kaum miskin di kota, kehidupan kaum berada, kehidupan nelayan dan seterusnya. Dan juga sering diartikan sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap kehidupan manusia sehingga memunculkan sifat tolong menolong, membantu dari yang kuat terhadap yang lemah, mengalah terhadap orang lain, sehingga sering dikatakan mempunyai jiwa sosial yang tinggi.
Kesamaan pandangan dan pemahaman terhadap dunia sekitar manusia hidup menjadi patokan bagi kesinambungan kehidupan manusia itu sendiri, artinya bahwa ketidak samaan dalam pemahaman tentunya terkait dengan kemampuan atau kekuatan dari pedoman yang mengatur kelompok sosial yang bersangkutan. Sehingga dengan demikian, kemampuan kebudayaan dari manusia yang digunakan untuk pedoman berinteraksi harus dipahami dan diwujudkan melalui pranata sosial yang tersedia di masyarakat.
Masalah sosial akan dapat muncul ketika kenyataan yang ada tidak dapat dipahami oleh pengetahuan kebudayaan yang dipunyai oleh para individunya dan atau dipahami secara berbeda antara masing-masing individu yang terlibat di dalam interaksi sosial yang ada.

Pendidikan sebagai pranata social memiliki peranan signifikan dalam merencanakan, melaksanakan,, menciptakan SDM yang dicita-citakan karena sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujutnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia, berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.[1]
Pendidikan sebagai salah satu pranata sosial, sudah tentu tidak bisa lepas dari keterpengaruhan saling silang budaya. Sehubungan dengan itu, mengamati dunia pendidikan tentu tidak cukup hanya dengan melihat problem internal pendidikan, misalnya dari sudut pandang kompoen pendidikan, tetapi tidak bisa tidak, harus dengan berbagai perspektif, misalnya keluarga, masyarakat, pemerintah dan sebagainya,
Oleh karena itu perlu sekali adanya peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ntuk mewujudkan manusia seutuhnya, sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional yang meliputi pembangunan manusia, baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan.

B.     Rumusan Masalah
Berdasar kepada latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah pokok pokok tersebut kemudian diuraikan ke dalam submasalah berikut:
1.      Apa Visi dan misi pendidikan nasional
2.      Apa pengertian dan fungsi pranata social
3.      Apa fungsi pendidikan keluarga, masyarakat, dan pemerinta









BAB II
Pembahasan


A.                Visi dan Misi Pembangunan Nasional
Visi Misi Dan Tujuan Pendidikan Nasional - Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, diperlukan perjuangan seluruh lapisan masyarakat. 
Dalam pembaruan sistem pendidikan nasional telah diterapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional.
Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan warga negara Indonesia, berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.[2]
Misi pendidikan nasional adalah sebagai berikut:
1.      Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;






2.      Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;
3.      Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
4.      Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan
5.      Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.[3]
Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, maka fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik yang menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Terkait dengan visi dan misi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip yang dijadikan landasan dalam pelaksanaan  pendidikan, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Olehkarena itu perlu sekali diadakannya langkah-langkah strategi pembengunan nasional yang meliputi :
1.      Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia;
2.      Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi;
3.      Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
4.      Evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan;
5.      Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tentang kependidikan;
6.      Penyediaan sarana belajar yang mendidik;
7.      Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan;
8.      Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata;
9.      Pelaksanaan wajib belajar;
10.  Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan;
11.  Pemberdayaan peran masyarakat;
12.  Pusat pemberdayaan dan pembangunan masyarakat, dan;
13.  Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.

Terkait dengan visi, misi, dan strategi pendidikan nasional di atas, telah ditetapkan sejumlah prinsip yang dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satunya adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidikan yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan serta mengembangkan potensi dan kreativitas anak didik.
Jadi, pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan terencana yang dilaksanakan orang dewasa yang memiliki ilmu dan ketrampilan guna memberikan kompetensi kepada anak didik sehingga mereka memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang refleksi berfikir dan bertindak demi terciptanya sumber daya manusia yang diinginkan, sebagai al-insan-al-kamil.

B.     Pendidikan dan Pranata Sosial
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendidikan adalah Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam susaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, perbuatan, cara mendidik.[4]
Sedangkan menurut A.Yunus pendidikan adalah proses yang terus menerus dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan.[5]
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana secara terus menerus yang dilaksanakan oleh manusia yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada peseta didik, demi terciptanya manusia paripurna.
Kata prana dapat diartikan sebagai seperangkat aturan berkisar kegiatan atau kebutuhan social tertentu. Pranata dapat diartikan sebagai suatu system pola sosial yang tersusun rapih dan relatif bersifat permanen serta mengandung perilaku tertentu yang kokoh dan terpadu demi pemuasan dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.[6]
Koentjaraningrat[7] mengatakan bahwa pranata sosial adalah suatu system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan dalam kehidupan masyarakat yang menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ary H Gunawan[8] menuturkan pranata sosial merupakan struktur sosial beserta perlengkapannya, yang dengan struktur sosial tersebut masyarakat (manusia) mengatur, mengarahkan, dan melaksanakan berbagai kegiatan yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhannya.
Pada setiap masyarakat, setidaknya terdapat lima lembaga/pranata sosial, yakni keluarga, pendidikan, agama, ekonomi, dan pemerintah. Tiap pranata sosial memiliki fungsi dan tanggung jawab masing-masing.
Bruce J Cohen[9]   menuturkan ada sejumlah karakteristik/ciri suatu pranata sosial:
1.      Tiap pranata sosial memiliki tujuan utama berupa kebutuhan khusus masyarakat.
2.      Keluarga mengandung nilai-nilai utama yang bersumber dari anggotanya.
3.      Pranata relative bersifat permanen, dalam hal pola-pola perilaku yang ditetapkan dalam lembaga menjadi bagian dari tradisi kebudayaan yang ada.
4.      Dasar-dasar pranata begitu luas sehingga kegiatan-kegiatan mereka menempati kedudukan sentral dalam masyarakat, perubahan pada satu lembaga kemungkinan besar dapat mengakibatkan perubahan pada lembaga lainnya.
5.      Meskipun semua pranata memiliki semua sifat saling ketergantungan dalam masyarakat, masing-masing lembaga disusun dan diorganisasikan secara sempurna di sekitar rangkaian pola-pola normal, nilai dan perilaku diharapkan.
6.      Ide-ide pranata umumnya diterima mayoritas anggota masyarakat, tidak peduli apakah mereka turut berpartisipasi atau tidak dalam lembaga.
Dari uraian di atas, tampak bahwa peran suatu lembaga dalam kehidupan, tidak hanya melahirkan suatu pola aktivitas dari segi sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga pola organisasi untuk melaksanakannya.

Suatu pranata sosial/lembaga sosial memiliki sejumlah fungsi, antara lain:
1.      Memberian bagi peranan pendidikan;
2.      Bertindak sebagai pranata transfer warisan kebudayaan;
3.      Memperkenalkan kepada individu tentang berbagai peran dalam masyarakat;
4.      Mempersiapkan individu dengan berbagai peranan sosial yang dikehendaki;
5.      Memberikan landasan bagi penilaian dan pemahaman status relatif;
6.      Meningkatkan kemajuan melalui pengikutsertaan dalam riset ilmiah; dan
7.      Memperkuat penyesuaian diri dan mengembangkan hubungan sosial.

C.    Pendidikan dan Fungsi Keluarga, Masyarakat, dan Pemerintahan

Pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah secara terpadu untuk  mengembangkan fungsi pendidikan. Kebrhasilan pendidikan bukan hanya dapat diketahui dari kualitas individu, melainkan berkaitan erat dengan kualitas kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dilihat dari ruang lingkupnya, pendidikan terdiri dari tiga jenis:
1.      pendidikan dalam keluarga (informal), maksudnya pendidikan keluarga dan lingkungan.
2.      pendidikan di sekolah (formal), maksudnya jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
3.      pendidikan dalam masyarakat (nonformal), maksudnya jalur pendidikan di luar formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan keluarga yang dapat membentuk karakter anak didik memiliki maksud berikut:
a.       pendidikan dan anak. Nilai-nilai yang diperoleh anak selama di Taman Kanak-kanak (TK) dalam proses sosialisasi sangat dibutuhkan, karena dia dapat berteman dengan anak sebaya yang akan memberikan bantuan kepadanya pada kehidupan sekolah dan kehidupan selanjutnya.
b.      pengaruh sekolah selama tahun-tahun pertama. Anak usia Sekolah Dasar (SD) perlu diberi kesempatan untuk melatih pengarahan dirinya sendiri berdasarkan minat dan perhatiannya.
c.       pendidikan selama remaja. Pada jenjang sekolah menengah, jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat  Atas (SLTA), dan Perguruan Tinggi (PT) yang diorganisasikan dengan baik dan optimal dapat memberikan banyak peluang kepada para anak didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan social yang diprakarsainya.
d.      pengaruh sosialisasi atau pergaulan. Media cetak dan elektronik serta film berpengaruh penting terhadap perkembangan sikap, perilaku, dan cita-cita sosial remaja.
Pendidikan sebagai pranata sosial sudah tentu tidak bisa lepas pula dari ketergantungan saling silang budaya. Mengamati dunia pendidikan tidak cukup hanya dengan melihat masalah internal pendidikan, namun perlu pula melihat beberapa komponen lain, misalnya: sosial, budaya, ekonomi, politik, sejarah, dan filsafat.
Jadi, pendidikan dan pranata sosial adalah sesuatu yang bertalian satu sama lain. Beberapa kebutuhan manusia, seperti kebutuhan pendidikan, akan diperoleh lebih terstruktur dengan adanya lembaga sosial atau pranata sosial. Pranata sosial akan ada jika ada kebutuhan individu yang digabungkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Pranata sosial melibatkan pola aktivitas dan pola organisasi untuk melaksanakan pemenuhan kebutuhan manusia.
Pendidikan juga mempersiapkan anak didik untuk mempersiapkan kebahagiaan hidup secara seimbang antara dunia dan akhirat, antara kehidupan pribadi dengan kehidupan kolektif. Yakni, menjadi masyarakat yang baik dengan mematuhi norma atau aturan yang berlaku dalam masyarakat serta memiliki peranan dan konstribusi bagi kehidupan masyarakat.
Secara tradisional di pendidikan, sepeti dikatakan Eleanor Drago dan Severson[10], terdapat tiga jenis kapasitas yang sangat diperlukan dalam mengembangkan prestasi anak didik (student achievement).
Pertama, school or organizational capacity, yakni kemampuan kolektif sekolah sebagai suatu fungsi, semua bekerja untuk meningkatkan prestasi.
Kedua, instructional capacity, yakni kemampuan pendidik/guru dalam memberikan pelajaran.
Ketiga, developmental capacity, yakni pendidik mesti didorong agar diperoleh pencapaian dan pemgembangan belajar anak didik yang optimal. Pengembangan kapasitas lebih fokus pada kognitif, afektif, interpersonal, dan interpersonalitas untuk dapat mengelola lebih baik terhadap permintaan daripada kepemimpinan, mengajar, belajar, dan kehidupan.
Banyak upaya dilakukan untuk membantu pendidik/guru untuk meningkatkan kapasitas untuk membangun sekolah sebagai pusat belajar (learning centers). Learning Center dimaksudkan: sekolah dan sistem sekolah mendukung perkembangan dan belajar anak didik, generasi muda, dam orang dewasa. Sebagai learning centers atau mentoring communities, atas masukan para pendidik, kepala sekolah, pemerintah daerah, dan elite masyarakat, diharapkan dapat memperbaiki kemungkinan kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran. Semakin banyak para pendidik belajar dan terlibat dalam iklim belajar yang professional, semakin banyak mereka akan mengambil pembelejaran dan sangat menungkinkan akan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran.
Kita menghadapai tantangan terbaru dalam pendidikan yang belum pernah kita hadapi sebelumnya, yang justru memungkinkan kita menghadapi suatu kondisi hanya beradaptasi dengan tantangan (adaptive challenges). Adaptasi dengan tantangan berarti bahwa situasi dan problem di mana bukan sebagai suatu problem dan bukan juga sebagai solusi yang diketahui atau telah diidentifikasikan. Jenis problem ini memerlukan pendekatan-pendekatan baru dan akurat. Menggunakan model-model pengembangan kepemimpinan di sekolah yang efektif membantu kita membangun kognitif, afektif, kapasitas interpersonal dan intrapersonal.
 Atas dasar perlunya adaptasi terhadap terhadap kondisi sekarang, suatu hal sangat mungkin jika para pendidik harus mengubah cara bekerja, berkembang, dan belajar bersama dalam mendukung perkembangan anak didik dan orang dewasa.
Sebagai upaya merespons perlunya pendidikan yang merata bagi warga negara (equally education) telah dilakukan pendidikan jarak jauh (distance education) dengan memanfaatkan proses belajar dengan menggunakan media belajar elektronik (e-learning).
Selain itu, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional RI atau Kementrian Agama RI mulai melakukan program e-books di mana buku-buku dapat melalui internet. Program belajar dengan e-books imi sebagai indicator respons positif pendidikan di Indonesia terhadap iklim pendidikan internasional.
Penguatan pendidikan sebagai pranata sosial pada konteks yang lebih luas ini menunjukkan masih banyak kendala. Pada umumnya, masyarakat Indonesia sebagian besar belum terdidik dan terbiasa menggunakan computer dan internet karena memang 80% penduduknya tinggal di pedesaan, yang belum sepenuhnya terakses dengan jaringan, kesanggupan biaya, pengetahuan internet. Program pemerintah yang sedang menggalakkan internet sebagai media pembelajaran harus didukung dengan suatu sisem perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) yang relevan dengan kondisi sosio-kultural masyarakat kota (urban society) dan masyarakat pedesaan (rural society) yang barangkali memerlukan penangan berbeda dalam tujuan yang sama, yakni sebagai upaya mencerdaskan generasi muda.
Mengingat pendidikan sebagai pranata sosial tidak terpisah dengan pranata sosial lainnya, baik ekonomi politik, budaya dan agama, maka tingkat efektivitas dan keakuratan suatu program penguatan pendidikan sebagai pranata sosial tersebut sangat tergantung peran dan fungsi satu pranata dengan pranata lainnya.
Dalam Pasal 37 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun  2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan agama diposisikan tidak kalah pentingnya dengan pendidikan umum (pasal 15) dalam membentuk peserta didik menjadi beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Materi kajian Bahasa meliputi Bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing dengan konsideran bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional; bahasa daerah merupakan bahasa ibu peserta didik; dan bahasa asing terutama Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang sangat penting kegunaannya dalam pergaulan global.
Materi kajian Matematika dimaksudkan untuk mengembangkan logika dan kemampuan berpikir anak didik.
Materi kajian Ilmu Pengetahuan Alam dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan alam dan sekitarnya.
Materi kajian Ilmu Sosial dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisi peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.
Materi kajian jasmani dan olahraga dimaksudkan untuk membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani rohani dan menumbuhkan rasa sportivitas.
Materi kajian ketrampilan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki ketrampilan.
Materi kajian muatan local dimaksudkan untuk membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.[11]



BAB III
Penutup

A.    Kesimpulan


Pendidikan sebagai pranata sosial sesungguhnya sebagai salah satu upaya dan strategi dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang mengharapkan terciptanya generasi masa depan yang berilmu-pengetahuan, berteknologi, dan beriman bertakwa. Tujuan pembangunan nasional ini akan terwujud apabila pendidikan sebagai pranta sosial dapat berfungsi dengan normal dan efektif dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, berilmu pengetahuan yang relevan dengan zamannya, dan mampu hidup pada era globalisasi dengan menjaga identitas tertentu yang melekat pada diri sebagai pribadi, agama, dan bangsa.   
            Pranata sosial adalah suatu system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk mengatur, mengarahkan, dan melaksanakan berbagai kegiatan yang memenuhi kompleksitas masyarakat yang menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma.
Jadi, pendidikan dan pranata sosial adalah sesuatu yang bertalian satu sama lain. Pranata sosial akan ada jika ada kebutuhan individu yang digabungkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Pranata sosial melibatkan pola aktivitas dan pola organisasi untuk melaksanakan pemenuhan kebutuhan manusia.


Daftar Pustaka


 

Cohen,  J. Bruce, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rhineka Cipta, 1992.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1991.
Drago, Eleanor, dan Severson, Leading Adult Learning, Supporting Adult Development in Our Schools, USA: Corwin A Sage Company, 2010.
Gunawan, H. Ary, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rhineka Cipta, 2000.
Koentjroningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta: Rajawali Press, 2006.
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Undang-undang RI  Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional” dalam Himpunan Perundang-undangan RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2010, cet. IV.
……., Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-undang No.14 th 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta, VisiMedia, 2008
Yunus, A. Filsafat Pendidikan, Bandung, CV. Citra Sarana Grafika, 1999.



[1] Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-undang No.14 th 2005 tentang Guru dan Dosen, 2008, Jakarta, VisiMedia, hlm. 37.
[2]Penjelasan atasUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional” dalam Himpunan Perundang-undangan RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2010, hlm. 28-29, cet. IV.
[3] “Himpunan Perundang-undangan RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) …, hlm. 29.
[4] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1991, hlm. 232.
[5] A. Yunus, Filsafat Pendidikan, Bandung, CV. Citra Sarana Grafika, 1999. Hlm. 7
[6] Bruce J Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rhineka Cipta, 1992, hlm. 147.
[7] Koentjroningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta: Rajawali Press, 2006, hlm. 113.
[8] Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rhineka Cipta, 2000, hlm. 3.
[9] Bruce J Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar, …, hlm. 148.
[10] Eleanor Drago dan Severson, Leading Adult Learning, Supporting Adult Development in Our Schools, USA: Corwin A Sage Company, 2010, hlm. 8.
[11] Himpunan Perundanga-undangan Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) …, hlm, 38.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar