KETERAMPILAN
DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN
Disusun untuk
memenuhi tugas inividu pada mata kuliah
SUPERVISI
PENDIDIKAN
Dosen
Pembimbing :
Dr. H. Syamsul
Bahri Tanrere, Lc, M.Ed
Di susun oleh :
Didin
Amiludin,
NIM
: 152520099
PROGRAM PASCA
SARJANA
MAGISTER
PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT
PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA 2016-2017
Kata Pengantar
Puji syukur
atas kehadirat Allah Subhaanahu wa ta’ala yang selalu mencurahkan taufik,
rahmat, serta hidayahnya sehingga saya bisa menyusun makalah pada mata kuliah SUPERVISI
PENDIDIKAN dengan judul “KETERAMPILAN DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN” hingga makalah ini bisa terselesaikan.
Tidak lupa kami
juga mengucapkan ribuan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusinya baik berupa materi maupun pikirannya, terutama kepada Bpk. Dr.
H. Syamsul Bahri Tanrere, Lc, M.Ed selaku dosen pembimbing dalam pembuatan
makalah ini.
Besar harapan
saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca maupun untuk penyusn sendiri. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengelaman saya , saya yakin masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan sekali kritik dan saran
yang sifatnya membangun.
Jakarta , Januari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar …………………………………………………………………. i
Daftar
isi ………………………………………………………………………... ii
BAB
I ……………………………………………………………………………. 1
Pendahuluan
……………………………………………………………………... 1
A.
Latar
Belakang Masalah …………………………………………………. 1
B.
Rumusan
masalah ………………………………………………………... 2
BAB II ………...………………………………………………………………… 3
Pembahasan
……………………………………………………………………… 3
A.
Pengertian
Keterampilan Supervisi Pendidikan …………………………. 3
B.
Keterampilan
Super Visi Pendidikan ……………………………………. 5
C.
Keterampilan
Teknik …………………………………………………….. 5
D.
Keterampilan
Konsep ……………………………………………………. 9
E.
Keterampilan
Manusiawi ………………………………………………. 10
BAB
III ……………………………………………………………………….... 13
Penutup
…………………………………………………………………………. 13
A.
Kesimpulan
…………………………………………………………….. 13
DAFTAR
PUSTAKA …………………………………………………………. 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Supervisi pendidikan
yang lebih populer dalam literatur
hukum Indonesia dengan istilah pengawas sekolah merupakan aktifitas pembinaan
yang sistematis berupa bimbingan ke arah perbaikan situasi pendidikan dan
peningkatan kualitas pendidikan. Fungsi dan peran supervisi sangat penting
dalam memperbaiki sekaligus memperbaiki situasi pembelajaran yang aktif,
menyenangkan, kreatif dan efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan.
Proses supervisi
merupakan sala satu aspek yang dominan dalam
menilai efektifitas manajemen berbasis sekolah. Eksistensinya diperlukan tidak
hanya untuk membimbing guru dalam rangka memperbaiki kinerja dalam pengelolaan
pembelajaran, tetapi juga sebagai perekat antarwarga sekolah sehingga dapat
saling bekerja sama secara sinerjik dalam mewujudkan tercapainya tujuan
sekolah.
Tujuan pendidikan
yang diharapkan tertera dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
tahun 2003 pasal 3, yaitu berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu,
cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.[[1]] Tujuan inilah yang
semestinya selalu menjadi fokus bagi setiap penyenggara pendidikan di
Indonesia.
Dalam mewujudkan
tujuan tersebut supervisi menjadi sangat penting yang diterapkan dalam
pendidikan dapat dipandang sebagai suatu seni kerja sama dengan sekelompok
orang agar memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Berhubungan dengan orang lain
membutuhkan kemampuan menerapkan prinsip-prinsip hubungan antar manusia (human
relation). Dalam berhubungan dengan manusia tidak ada ukuran yang pasti
meyakinkan karena setiap manusia memiliki pribadi yang unik. Sifat yang unik
ini mempengaruhi kegiatan supervisor, karena menurut Adler sebagai dikutif
Saiful Sagala tiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang membawa corak khas
gaya hidupnya yang bersifat individual.[[2]]
Namun
demikian, proses supervisi pendidikan tersebut terkadang tidak dapat berjalan
secara optimal dalam tataran praktis. Kurang memadainya pengetahuan para
sipervisior, keterampilan dan pengalaman yang rendah, serta minimnya
pengetahuan guru tentang supervisi merupakan sebagian dari sejumlah persoalan
yang menjadi penghambat proses supervisi di sekolah.
B.
Rumusan Masalah
Berdasar kepada latar
belakang di atas, penulis merumuskan masalah pokok bagaimana keterampilan supervisior
pendidikan. Dari masalah pokok tersebut kemudian diuraikan ke dalam submasalah
berikut:
1.
Apa pengertian keterampilan supervisi pendidikan
2.
Bagaimana keterampilan supervisi pendidikan
3.
Bagaimana Tipe-Tipe keterampilan
Supervisi pendidikan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keterampilan Supervisi Pendidikan
Keterampilan
dipahami sebagai sebuah kecakapan khusus yang dimiliki seseorang. Kecakapan
pada umumnya mungkin dapat dimiliki oleh sebagian besar manusia, tetapi pada
orang-orang tertentu terdapat kecakapan-kecakapan yang menonjol.
Kecakapan yang menonjol itulah yang penulis maksudkan dengan keteerampilan
khusus. Kecakapan yang menonjol pada setiap orang berbeda-beda. Pada seseorang
terdapat kemampuan untuk membuat orang lain tertawa, tetapi pada orang lain
tidak terdapat kemampuan yang sama, tetapi terdapat juga kemampuan lain yang
berbeda dengan orang pertama.
Pengertian
dari keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan
kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah, ataupun membuat sesuatu menjadi lebih
bermakana sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.[3]
Pengertian
selanjutnya yang perlu disepakati bahwa keterampilan manusia pada hakikatnya
adalah kemampuan untuk mengadakan kontak hubungan kerjasama secara optimal
kepada orang-orang yag diajak bekerja dengan memperhatikan harkatnya
sebagaimanusia.[4]
Makna
“keterampilan” yang digunakan sehubungan dengan kegiatan supervisi. Maka
keterampilan supervisi mempunyai makna yaitu kemampuan atau
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk melakukan hubungan kerjasama kepada
orang yang diajak bekerja sama agar hasil dari pekerjaannya tersebut menjadi
nilai yang sangat optimal”. Kalau keterampilan disandingkan dengan kata supervisi
sehingga menjadi keterampilan supervisi berarti kemampuan, kecakapan atau ide
dan kreatifitas yang digunakan oleh supervisor dalam aktifitas supervisi.
Pengertian
supervisi berdasarkan bentukan kata menunjukkan kepada sebuah aktifitas
akademik yaitu suatu kegiatan pengawasan yang dijalankan oleh seseorang yang
memiliki kemampuan pengetahuan lebih tinggi dan lebih dalam dengan tingkat kepekaan
yang tajam
Pengertian
supervisi berdasarkan bentukan kata menunjukkan kepada sebuah aktifitas
akademik yaitu suatu kegiatan pengawasan yang dijalankan oleh seseorang yang
memiliki kemampuan pengetahuan lebih tinggi dan lebih dalam dengan tingkat kepekaan
yang tajam dalam memahami obyek
pekerjaannya dengan hati yang jernih.[[5]]
Kalau dilihat dari asal katanya, istilah supervisi berasal dari kata “super”
dan “vision”. Super yang berarti atas dan vision yang berarti
melihat, jadi supervisi berarti melihat dari atas.[[6]]
Karena aktifitas supervisi adalah melihat dari atas tentunya dilakukan oleh
orang yang lebih senior, lebih berpengalaman dalam bidang pekerjaan tersebut,
sedangkan pelakunya dinamakan supervisor.
Tujuan
supervisi dijelaskan Fufuh Fathurrahman dan AA Suryana dengan mengutif pendapat
Sergiovanni (1987) bahwa ada tiga yakni, Mengawasi kualitas, Memonitoring
pembelajaran dan mengembangkan profesionalisme.[[7]]
Sasarannya adalah sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan dan guru sebgai
pelaksana pendidikan. Tentunya dimaksudkan untuk pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[[8]]
Pengertian pendidikan tersebut lebih bersifat konseptual sehingga agar bisa
dipahami lebih dalam perlu pemaknaan yang lebih bersifat operasional dan
praktis.
Dengan
demikian penulis menyimpulkan bahwa keterampilan teknik supervis pendidikan
dapat dipahami sebagai kecakapan khusus tentang cara-cara, strategi atau
pendekatan yang digunakan oleh supervisor (pengawas) dalam menjalankan
supervisi untuk mewujudkan profesional guru dalam menjalankan
pembelajaran dan profesional kepala sekolah dalam mengelola pendidikan.
B. Keterampilan Supervisor Pendidikan
Sebagai
supervisor yang berkewajiban membina dan membimbing para pengajar agar mampu
mengajar dengan sebaik mungkin, sedangkan dalam kesempatan yang sama mereka
juga berkewajiban mengontrol cara kerja para pengajar.
Supaya
dapat membimbing dan mengontrol secara betul, maka para supervisor harus
mempunyai keterampilan yang baik dan juga perlu memahami akan teknik-teknik
yang akan dipakai dalam memproses peningkatan mutu yang bertumpu pada guru,
sedangkan mutu guru dipengaruhi pembinaan yang kontinyu dari pengawas sekolah
melalui kegiatan supervisi.
C.
Keterampilan
Teknik
Pelaksanaan
supervisi dilakukan dengan berbagai cara dan teknik. Teknik supervisor
pendidikan yang dikemukakan oleh ahli terbagi dua yakni, teknik yang bersifat
individual dan teknik yang bersifat kelompok.[[9]]
Dadang Suhardan juga mengemukakan bahwa teknik-teknik yang digunakan
dapat dianalisis ke dalam kegiatan yang berupa pertemuan kelompok dan
individual.[[10]]
Jerry H. Makawimbang juga mengemukakan berbagai macam teknik dapat digunakan
oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik
secara kelompok maupun secara perseorangan ataupun secara langsung bertatap
muka dan tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi.[[11]]
Suharsimi Arikunto mengutif pendapat Syaiful Sagala mengemukakan bahwa secara
garis besar, cara atau teknik supervise dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
teknik perseorangan dan teknik kelompok.[[12]]
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa teknik yang digunakan suvervisor
terbagi menjadi dua, yakni teknik individual dan teknik kelompok.
Teknik
yang bersifat individual adalah teknik yang dilaksanakan untuk seorang guru
secara individual. Sedangkan teknik yang bersipat kelompok adalah teknik yang
dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang.[[13]].
Teknik
individual yang dikemukakan Maryono meliputi; kunjungan kelas, observasi kelas,
inteviu pribadi (Individual Conference), mengungjungi antar kelas (Intervisitation)
dan menilai diri sendiri sendiri (Self Evaluation Check List). Teknik
kelompok meliputi; temu orientasi guru baru (Oruentation Meeting for New
Teacher), Panitia Penyelenggara, Rapat guru, studi kelompok antar guru,
diskusi sebagai proses kelompok, tukar menukar pengalaman (Shering of
Experience), lokakarya(Workshop), Diskusi panel, Seminar, Simposium,
Demontrasi mengajar (Demontration Teaching), perpustakaan jabatan,
bulletin supervise, membaca langsung (Directed Reading), mengikuti
kursus, organisasi jabatan, laboratorium kurikulum, studi untuk staf (Fild
Trip).[[14]]
Tanpa mengurangi pendapat ahli lain, penulis lebih fokus pada pendapat di
atas untuk pembahasan selanjutnya.
1. Supervisi
Yang Bersifat Individual
a. Teknik
ini dilakukan dengan cara supervisor melihat langsung guru mengajar di kelas.
Pengamatan langsung kepada guru dimaksudkan untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya bagaimana guru mengajar di kelas, apa kesulitan yang dialami dan potensi
apa yang perlu dikembangkan. Teknik ini dilaksanakn dengan tiga cara:
1) Inannounced visitation, yaitu
supervisor datang ke kelas secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan lebih dahulu.
Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui keadaan yang sebenarnya tanpa dibuat-buat,
tetapi menyebabkan guru biasanya menjadi gugup.
2) Annaunced visitation,
yaitu supervisor memberikan jadwal kunjungan kepada guru sehingga guru tahu
pada jam berapa ia dikunjungi. Dengan cara ini baik supervisor maupun guru
dapat mempersiapkan segala sesuatunya tetapi ada kemungkinan guru hanya
menampilkan yang terbaik pada saat itu saja.
3) Visit upon invitation,
yaitu guru yang mengundang supervisor untuk diamati, inisiatif guru
ini lahir karena memiliki semangat untuk maju dan mengembangkan diri.
b.
Melakukan Observasi
Kelas
Melaui
observasi kelas supervisor dapat mengopservasi situasi belajar mengajar yang
sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas, yaitu pertama direct observation
(observasi langsung) supervisor mencatat apa yang terjadi pada saat guru
mengajar melalui alat observasi. Kedua indirect observation
(observasi tidak langsung), supervisor dibatasi oleh kaca sehingga siswa tidak
mengetahuinya.
1)
Individual
conference, supervisor menginterviu secara pribadi
kepada guru untuk membahas bagaimana cara mengajar yang baik. Adam dan Dickey
sebagaimana dikutif Maryono mengatakan dengan individual conference
supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam mengerjakan
problema-problema pribadi yang berhubungan dengan jabatan mengajar (personal
and profesional problem).[[15]]
Bagi sebagian guru merasa malu bila kekurangannya diketahui orang lain, cara
ini cocok diterapkan.
2) Intervisitation,ialah
saling mengunjungi antara guru yang satu dengan yang lain yang sedang mengajar.
Supervisor menyarankan guru yang mengalami kesulitan tertentu dalam mengajar
untuk melihat guru yang lain yang memiliki kelebihan. Dengan cara ini
memungkinkan terjadi saling tukar pengalaman dan jauh dari kesan atasan bawahan.
3) Self Evaluation Check List,
yaitu guru menilai dirinya sendiri dalam menyajikan materi pelajaran. Penilaian
terhadap diri-sendiri merupakan sala satu teknik untuk mengembangkan
profesional guru. Menilai diri bukan pekerjaan mudah karena banyak orang yang
tidak mau tahu kelemahan dirinya.
2. Supervisi
Yang Bersifat Kelompok
Supervisi kelompok
adalah supervisi secara bersamaan terhadap lebih dari satu guru. Terdapat
beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:
a. Orientation Meeting for New Teacher,
yaitu temu orientasi guru baru yang bertujuan khusus mengantar guru-guru
untuk memasuki suasana kerja yang baru. Pertemuan bukan hanya diikuti guru baru
tetapi juga guru senior dan staf.[16]
b. Panitia
Penyelenggara
c. Rapat
guru,
d. Studi
Kelompok Antarguru
e. Diskusi
Sebagai Proses Kelompok
f. Shering of Experience,
cara ini dilakukan dengan asumsi bahwa guru adalah orang-orang yang sudah
banyak pengalaman, hanya saja pengalaman yang berbeda-beda. Dalam teknik ini
diadakan tukar-menukar pengalaman, saling member dan saling menerima, saling belajar
satu dengan yang lainnya.
g. Workshop (lokakarya).
h. Forum Discussion
(diskusi Panel).
i.
Seminar.
j.
Simposium.
k. Demonstration Teaching
(demontasi mengajar).
l.
Perpustakaan.
m. Buletin
Supervisi, Maryono mengutif pendapat Suhertian bahwa bulletin merupakan salah
satu alat komunikasi dalam bentuk tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisor
yang dipergunakan sebagai alat untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki
situasi mengajar.[[17]]
D.
Keterampilan
Konsep.
Menurut
Komarudin, Untuk memiliki keterampilan konsep yang bisa diharapkan menurut
komarudin meliputi: (1) selalu belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari
cara kerja para bawahan, (2) melakukan observasi secara terencana tentang
kegiatan-kegiatan manajemen, (3) banyak membaca tentang hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan, (4) memanfaatkan hasil-hasil
penelitian orang.
Seorang
menejer atau supervisor selain harus memiliki keterampilan teknis juga harus memeliki keterampilan Konsep yang meliputi:
penentuan strategi, kebijakan, perencanaan, dan keputusan. Sebab merekalah yang
berhadapan langsung dengan teknik-teknik mendidik/mengajar dan ketatausahaan
yang dikerjakan oleh para pengajar dan pegawai.[18]
Mereka perlu mengontrol dan memberi supervise kepada para petugas agar
melaksanakan teknik-teknik secara tepat.
1.
Strategi
a.
Strategi umum, ialah
salah satu dari upaya untuk mempertahankan stabilitas yang digunakan akibat
takut menerima resiko apabila mengadakan perubahan, karena mereka sudah sangat
puas dengan keadaannya saat ini.
b.
Strategi khusus,
yaitu dengan maksud agar para pelaksana pendidikan memanfaatkan kompetensinya
secara maksimal sesuai dengan fasilitas-fasilitas yang dapat disediakan oleh
lembaga-lembaga.
2.
Kebijakan, strategi
berkaitan dengan kebijakan, sebab adakalnya kebijakan tertentu memungkinkan
mengambil strategi tertentu. Atau suatu strategi dapat didukung pelaksanaannya
oleh kebijakan tertentu. Kebijakan adalah bimbingan yang tidak eksak untuk mengambil keputusan dan menggunakan
pertimbangan-pertimbangan dalam mengatasi rintangan.[[19]]
3.
Perencanaan, baik
strategi maupun kebijakan yang telah dibuat tidak bisa terlepas dari
perencanaan. Sebab strategi mana yang diambil dan kebijakan apa yang
dilaksanakan selalu merupakan hasil dari perencanaan. Hal itu direncanakan
secara matang sebelum di putuskan.
4.
Keputusan,
penentuan strategi,pembentukan kebijakan, dan perumusan rencana selalu diakhiri
dengan pengambilan keputusan. [[20]]
E. Keterampilan manusiawi
Keterampilan manusiawi merupakan keterampilan dalam memahami orang
lain, bekerjasama dengan orang lain, mendorong serta memotivasi orang lain,
baik secara individual maupun kelompok.
Keterampilan manusiawi, yaitu sebuah keterampilan yang berhubungan
dengan orang lain atau keterampilan dalam berkomunikasi yang persuasif terhadap
bawahan sehingga akan merasa dihargai dan selanjutnya akan bersikap lebih
terbuka dengan komunikasi yang persuasif dan bersahabat.[[21]] Di Indonesia dalam masa pembangunan ini, para petugas pendidikan
diharapkan dapat menjadi pejuang-pejuang pembangunan pendidikan yang gigih.
Yang menjadi problem bagi para supervisor pendidikan adalah
bagaimana menangani para petugas pendidikan agar kegigihan mereka dalam
perjuangan pendidikan meningkat, dan yang belum menjadi pejuang bisa mengikuti
jejak teman-temannya sebagai pejuang pembangunan pendidikan
Oleh
karena itu keterampilan manusiawi sangat penting sekali, karena pada hakikatnya
keterampilan manusiawi merupakan
kemampuan untuk mengadakan kontak hubungan kerjasama secara optimal kepada
orang-orang yang diajak bekerja dengan memperhatikan kodrat sebagai manusia
dengan bertujuan untuk mengadakan kerjasama dengan para bawahan agar dapat memanfaatkan potensinya secara
optimal.[[22]]
Seorang
petugas pendidikan akan bisa menjadi pejuang pembangunan atau akan meningkatkan
intensitas perjuangannya sebagian besar bergantung kepada kemampuan manjer
untuk menggerakan motivasinya. Sebab sabagaimana dikemukakan oleh J. Reddin,
bahwa manusia itu mempunyai kemauan sendiri-sendiri, mereka bisa berbuat baik
atau jahat, perilakunya dipengaruhi oleh satuasi, motivasinya dapat berubah
atas dasar rasional masing-masing, mereka melakukan interaksi dan bergantug
dengan yang lain, dan bersikap tidak selalu optimis atau pesimis tetapi
obyektif sesuai dengan keadaan.[[23]]
Oleh
sebab itu, sebenarnya manusia itu bisa diatur atau bisa diajak berunding untuk
mengatur diri bersama. Kuncinya adalah bagaimana para manajer atau supervisor
menangani dan memotivasi mereka agar dedikasi dan perjuangan mereka semakin
meningkat dalam pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka sebagai
kesimpulan dari makalah ini, bahwa keterampilan supervisi mempunyai makna yaitu
kemampuan atau kecakapan yang dimiliki seseorang yang ahli dan lebih
berpengalaman untuk melakukan hubungan kerjasama kepada orang yang diajak
bekerja sama agar hasil dari pekerjaannya tersebut menjadi nilai yang sangat
optimal, dengan bertujuan untuk meningkatkan kualitaas dan mengembambangkan
sikap profesionalisme.
Supaya
dapat membimbing dan mengontrol secara baik, maka supervisor harus mempunyai keterampilan yang
baik pula, karena hal tersebut akan dipakai untuk memproses peningkatan mutu yang bertumpu pada
guru.
Keterampilan-ketrampilan
yang harus dikuasai oleh supervisor diantaranya adalah 1) Keterempilan teknik
yang meliputi teknik yang bersifat individual maupun teknik yang bersifat
kelompok. 2) Keterampilan konsep yang berupa observasi secara
terencana tentang kegiatan-kegiatan manajemen, dan juga membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan. 3) Keterampilan Manusiawi merupakan keterampilan dalam memahami orang lain, bekerjasama
dengan orang lain, mendorong serta memotivasi orang lain, baik secara
individual maupun kelompok.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar
Supervisi , Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. I.
Danim, Sudarmin dan Khairil. Prifesi
Kependidikan, Bandung: ALFABETA, 2011. Cet. II.
Fathurrahman, Pupuh dan AA Suryana, Supervisi
Pendidikan Dalam Pengembangan Proses Pengajaran, Bandung: Refika Aditama,
2011, Cet. I.
Getteng, Abd. Rahman. Menuju Guru
Profesional dan Ber-Etika, Yogyakarta: grha guru printika, 2012, Cet. VII.
Made, Pidarta. Manajemen
Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
-------.
Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Surabaya: Sarana Press, 2004.
Makawimbang, Jerry H. Supervisi
dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, Cet. I.
Maryono, Dasar-dasar dan
TeknikMenjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011,
Cet. I.
Prihatin, Eka. Teory
Adminitrasi Penddikan , Bandung: Alfabeta, 2011.
Purwanto, Ngalim. Adminitrasi
dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rosda, 2010, Cet. X
Redin, J.
William. Managerial Effectifeness, Tokyo: Kogakusha, 1970.
Republik Indonesia, Undang-undang
RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012, Cet. III
Republik Indonesia, Undang-undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional , Jakarta: Sinar
Grafika, 2003, Cet II.
Sagala, Syaiful, Supervisi
Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010, Cet. I
Stephen, Robbins. The Administrative Process, New Delhi :
Prentice, 1982.
Suhardan, Dadang, Supervisi
Profesional Layanan Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah,
Bandung: Alfabeta, 2010, Cet. II.
Suhertian, Konsep dasar dan &
Teknik Sipervisi Pendidikan , Jakarta: Bineka Cipta, 2000.
Usman, Husaini. Manajemen, Teori,
Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Cet. II.
Keterampilan
Guru, “Pengertian Keterampilan,” dalam http://
www.guruketerampilan.blogspot.com / pengertian-keterampilan.html.
Ilmu Menejemen,
“ Tingkatan Manajemen dan Ilmu Manajemen,” dalam http:// www. sywids.net/keterampilan-manajemen.html.
[1]
Republik Indonesia, Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika,
2011, Cet. IV, hal. 7.
2010, cet. I, hal. 87.
[3]
Keterampilan
Guru, “Pengertian Keterampilan,” dalam http:// www.guruketerampilan.blogspot.com / pengertian-keterampilan.html.
Diakses pada 6 Januari 2017.
[4] Pidata Made, Manajemen
Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
[5] Dadang Suhardan, Supervisi
Profesional Layanan Dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah,
Bandung: Alfabeta, 2010, cet. III, hal. 35.
[7]
Pupuh Fathurrahman
dan AA Suryana, Supervisi Pendidikan Dalam Pengembangan Proses Pengajaran, Bandung:
Refika Aditama, 2011, cet. I, hal. 51.
[8]
Republik Indonesia, Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS(Sitem Pendidikan Nasional), Jakarta:
Sinar Grafika, 2011, cet. IV, hal. 3.
[9]
Maryono, Dasar-Dasar
dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hal. 29.
[10]
Dadang
Suhardan, Supervisi Profesional Layanan Dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran
di Era Otonomi Daerah,
Bandung:
Alfabeta, 2010, cet. III, hal. 182.
[11]
Jerry H. Makawimbang,
Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, cet. I, hal. 113.
[13]
Engkoswarah
dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, Bandung: 2011. Cet. II,
hal. 29.
[14]
Maryono, Dasar-Dasar
dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hal. 30-59.
[15]
Maryono,
Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hal. 34.
[16]
Maryono, Dasar-Dasar
dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hal.39-40
[17]
Maryono, Dasar-Dasar
dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hal. 55.
[18] Pidarta Made, Manajemen
Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal. 206.
[19]
Robbins
Stephen, The Administrative Process, New Delhi : Prentice, 1982, hal. 73
[20]
Pidarta Made, Manajemen
Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal. 207-216.
[21]
Ilmu Menejemen,
“ Tingkatan Manajemen dan Ilmu Manajemen,” dalam http:// www. sywids.net/keterampilan-manajemen.html.
Diakses pada 7 Januari 2017.
[22]
Pidarta Made, Pemikiran
Tentang Supervisi Pendidikan, Surabaya: Sarana Press, 2004, hal. 218.
[23]
William, J.,
Redin, Managerial Effectifeness, Tokyo: Kogakusha, 1970, hal. 190.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar